Relevansi Revolusi Industri 4.0 dengan Revolusi Pendidikan 4.0

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kita mesti bersyukur kepada Allah dengan selalu mengucapkan Alhamdulillah, dan bersholat kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahumma Sholli ’Ala Muhammad, serta mendoakan kawan-kawan dan sahabat(i) yang sakit bisa secepatnya sembuh dan dapat menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Aamiin Allahumma Aamiin.

Sewaktu mengikuti Rakor Ujian Nasional di Hotel Batu Suli beberapa waktu yang lalu, hampir lebih dari 10 kali, Kasubdit Kurikulum dan Evalusi Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Hidayatullah, M.Pd, menyebutkan Istilah “Revolusi Industri 4.0” dan "Revolusi Pendidikan 4.0". Berarti ada yang penting dari istilah tersebut dan menjadi perhatian penulis, sehingga penulis mencoba untuk mencari dan memaparkan dalam blog ini.

Revolusi Industri 4.0
Menurut sejarahnya Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011, perubahan mulai terjadi dari Industri 1.0 yang diasosiasikan dengan mesin uap, kapal uap, serta kereta api tenaga uap. Kemudian, Industri 2.0 yang ditandai dengan kehadiran tenaga listrik, mesin elektrik, mesin-mesin berbahan bakar minyak bumi, yang menghasilkan industri otomotif,  pesawat terbang, pesawat luar angkasa, dan satelit. Selanjutnya Industri 3.0, yang dimulai era 1980-an. Era ini ditandai masifnya otomasi berbasis komputer. Mesin-mesin bekerja lebih cepat dengan presisi sangat tinggi karena dikontrol secara digital.

Dalam industri 4.0 itu, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan  membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama satu sama lain, pun dengan manusia, secara bersamaan. Internet of things menjadi sandaran utama.

Dasar revolusi industri 4.0 adalah revolusi 3.0 yang menitikberatkan kepada komputer dan robot, dengan demikian untuk revolusi industri 4.0 tetap berpangkal kepada mesin komputer, yang berarti berkaitan dengan jaringan internet.

Contoh-contoh yang sering kita temui antara lain:
  1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online, taxi online, pasar online, hiburan dll.
  2. Menurunnya perusahaan ritel besar dan banyak digantikan oleh sistem online.
  3. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa ada batas negara.
  4. Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.

Bagaimana kaitan atau relevansinya Revolusi Pendidikan 4.0

Tugas untuk menyediakan tenaga yang terdidik demi mengadopsi, mengoperasikan, mengembangkan di industri pendidikan 4.0 itulah yang kini dipikul dunia pendidikan dan pemangku kepentingan yang lain. Para pelaku dunia pendidikan pun bersiap dengan perubahan besar yang bertajuk transformasi pendidikan. Para guru kembali dituntut beradaptasi dengan paradigma dan konsep terbaru yang dianggap lebih sesuai untuk modul pendidikan 4.0.

Beberapa konsep yang mengemuka, antara lain, adalah perubahan peran guru yang tidak  lagi menjadi expert alias source of knowledge di depan  siswa, menjadi guru fasilitator, penyedia content, yang dapat membimbing siswa mencari dan memahami materi yang dipilihnya. Metode pembelajaran pun bergeser ke arah E-Learning, bahkan mobile learning.

Siswa tak lagi harus menggendong buku-buku di punggungnya. Mereka hanya perlu  bermodal gadget. Buku dan referensi di-download agar mudah dibawa dan dibaca di mana pun. Pengajaran yang selama ini berfokus pada individu-individu, ke depan akan bergeser dari satu ke lain team work dalam cara berpikir kritis para siswa.

Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, dan matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat, tetapi juga harus mampu melakukan berbagai terobosan yang baru, diantaranya (1) mampu untuk membaca, melakukan analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital, (2) memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi, (3) memiliki Humanities atau manusia yang berbudaya dan beretika, mempunyai komunikasi yang baik, dan memiliki konsep design yang baik.

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi dalam memasuki era revolusi industri 4.0, yakni: (1) peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis, (2) peserta didik memiliki kreatifitas dan memiliki kemampuan yang inovatif, (3) adanya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang dimiliki peserta didik, (4) mampu bekerjasama dan berkolaborasi, dan (5) peserta didik memiliki kepercayaan diri.
Sumber: Dari berbagai media online

Semoga Bermanfaat
Wassalam.

Post a Comment

Previous Post Next Post